Monday, December 28, 2009

Tukang Sayur Keliling


Seperti halnya kebanyakan profesi di ibu Kota Jakarta, banyak orang kebanyakan bersaudara satu sama lain yang berprofesi sama. Tendensi ini banyak terlihat diberbagai profesi, misalnya tukang pemungut kardus biasanya bersaudara dan mempunyai area tertentu dengan pembagian jam kerja diantara mereka. Bisa juga pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan turun menurun kepada anak dan cucu atau keponakan. Salah satu pekerjaan dalam satu keluarga atau paling tidak berasal dari kampung sama yakni pekerjaan Tukang Sayur Keliling.

Ada beberapa tukang sayur yg berkeliling dalam perumahan kami, semakin modern saat ini mereka menggunakan mobil bak terbuka dengan modifikasi sesuai kebutuhan, walaupun jumlah yg menggunakan mobil belum terlalu banyak dibandingkan yg bergaya konvensional.

Salah satu tukang sayur keliling langganan saya di gang rumah saya bernama pak Sutarjo berusia 50 tahun atau panggilan akrab dan memudahkan kami ibu2 yang berbelanja atau nama ngetop nya adalah Keriting, entah karena gampang diingat atau karena langsung mengenali rambutnya yang keriting. Sang bapak beranak dua ini sudah berjualan sayur keliling sejak tahun 1985. Tentunya yg djiual tidak melulu sayuran belaka, yg dibawanya dengan gerobak yg berasal dari sebuah becak yg dimodifikasi sehingga cukup untuk menampung dan memudahkan membawa barang jualan kebutuhan dapur rumah tangga. Jenis barang jualan nya termasuk lengkap mulai dari berbagai jenis sayuran, aneka bumbu dapur segar ataupun siap saji, bumbu masak dan juga berbagai mie kering instant, aneka ikan segar dan sedikit ikan asin, termasuk beberapa ayam utuh segar terdapat didalam gerobaknya.

Jujur buat saya, seorang ibu rumah tangga biasa, tukang sayur keliling ini sangat membantu saya selain sering diberi saran untuk masak apa hari itu selain tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi tidak perlu pergi ke pasar. Walaupun terkadang kesal juga tidak menemui bahan masakan yg dicari padahal bahan2 lain sudah siap dimasak tetapi karena kekurangan semisal daun pisang untuk membuat pepes, menjadi halangan buat saya karena tidak dibawakan daun pisang oleh pak tukang sayur keliling. Karena bahan masakan sudah ada didepan rumah, tentu saja pak tukang sayur merasa sah2 saja menaikkan harga barang jualannya. Walaupun terkadang sesekali saya merasa perlu menawar harga yg diberikan tersebut, karena merasa harga tersebut kadang terlalu tinggi dibanding harga pasaran.

Selain dapat memesan bahan masakan tertentu yang tidak sehari-hari dibawa didalam gerobaknya seperti santan kelapa segar dan daging sapi, Keriting juga dapat diandalkan melalui jalur telekomunikasi yg saat ini sedang booming hingga ke akar rumput, sehingga tak heran pak keriting sedang asyik mengobrol menerima pesanan melalui telepon genggam ataupun membaca berita singkat. Cuma ya itu, dia ga bisa bales sms ibu2, Cuma bisa baca, dan terkadang menimbulkan kesulitan saat dia tidak bisa memenuhi salah satu jenis pesanan, sedangkan dia tidak memberitahu kami, yah berarti menambah kerjaan tetap kita harus pergi kepasar untuk mencari kekurangan tersebut. Pagi hari jam 5:30 sudah siap dia didepan salah seorang tetangga di gang kami, dia berkeliling sepanjang gang tersebut memanggil ibu2 yg biasa memerlukan keperluan membuat masakan. Sebelumnya barang dagangan disiapkan sejak jam 3 beliau sudah berada di Pasar Klender Jakarta Timur berbelanja dan kemudian membagi2 hasil pembelian tsb dalam bentuk eceran seperti cabe merah besar sebungkus plastik yg berisi 5 buah saja dibandrol Rp 2.000,- yg dikerjakannya di dekat pos satpam depan perumahan kami tinggal. Terkadang apabila ada barang/sayur yg tidak laku terjual, berarti apabila masih bisa dijajakan keesokan harinya syukur alhamdulillah, bila tidak pak keriting akan memasaknya untuk dirinya.

Tukang sayur langganan kami ini sangat ramah dan penuh perhatian, dengan menunjukkan barang2 segar dan memberi ide untuk masak apa hari ini. Selain itu beliau sepertinya tahu semua mengenai cerita2 seru tentang kejadian yang terjadi di dalam kompleks perumahan kami. Seperti ada cerita tentang kemalingan ataupun berita duka dan rumah yg ketempatan acara pernikahan. Kronologis yg menempati rumah2 tertentu pun dia bisa tahu cerita awalnya. Tidak sampai disitu saja, beberapa pembantu atau ibu2 yg bertemu ditempat tukang sayur kadang bisa curhat kepada pak tukang sayur dan beliau sebisanya memberikan masukan atau nasehat kepada orang tersebut. Dia selalu penuh perhatian terhadap apa yg dia dengar dari kami juga menjadi pendengar setia kami saat kami menumpahkan kekesalan tentang harga2 yg melonjak naik.
Kejadian dinihari saya merasa diganggu oleh ‘mahluk dunia lain’pun tak ayal saya bagi cerita tersebut kepada pak Keriting, dia dengan ciri khasnya menambahi serta menenangkan bahwa hal tersebut lumrah karena malam itu adalah malam 10 suro. Lho apa hubungannya, ah paling tidak saya merasa lega bisa bercerita kejadian aneh tersebut mengingat saya ga mau ganggu telpon ke suami yg malam itu sedang bertugas di kantornya.
Kejadian2 yang dialami tukang sayur langganan kami inipun sering juga diceritakan kepada kami, seperti bagaimana sulitnya dia untuk mengganti gerobak kesayangannya yang tiba2 ngambek untuk dikayuh, dan tentunya tidak sedikit biaya yg diperlukan untuk membetulkan atau mengganti gerobak tua tersebut. Saya pun baru mengerti bahwa gerobak tersebut berasal dari sebuah becak yang dimodifikasi yang berarti bahwa harga sebuah becak ditambah harga tambahan untuk mengelas modifikasi bagian atas tempat menaruh barang2 dagangannya ditambah keranjang2 plastik yg tertata apik dan mudah dilihat dan diambil oleh pelanggan.

Keriting mengontrak rumah bersama-sama teman seperjuangannya dari kampung yg sama, meninggalkan anak2 dan istri di Pekalongan. Hingga tak pelak saya terkadang kebingungan saat pak Keriting harus pulang ke kampung halamannya untuk keperluan tertentu. Walaupun ada pengganti dia untuk berjualan di gang kami, tetap saja kami lebih merasa nyaman dan familiar dengan pak Keriting dan gerobaknya. Ibu2 di gang kami tersebut sangat ringan tangan membantu kepada pak keriting terlebih saat menjelang lebaran, dengan senyum riangnya dengan senang hati dia menerima bingkisan lebaran ataupun hadiah dalam bentuk amplop dari para ibu-ibu. Ternyata sangat menyenangkan saling membutuhkan dalam kehidupan dan tentunya dijalankan dengan ikhlas. Terimalah tanda terima kasih kami yang tak seberapa itu. Selamat berkarya pak Sutarjo!

1 comment:

  1. kurang lebih seminggu setelah saya memuat tulisan ini, di Kompas minggu muncul artikel tentang tukang sayur keliling, hehehe seneng aja aq mendapati artikel tersebut ttg tukang sayur keliling

    ReplyDelete