Friday, May 10, 2013

exotropia alternante y myopia alta

kemarin adalah hari libur nasional di inodnesia, sudah tentu KBRI ikutan libur berkenaan dengan libur nasional di Indonesia tersebut. Suami yang tidak pergi ke kantor menghabiskan waktunya membereskan koleksi buku-buku nya. sedangkan aku melakukan pekerjaan rutinku sebagai ibu rumah tangga. sore hari bertepatan jam kepulangan anak bungsu kami dari sekolah, saya dan suami pergi ke Gimnasio moderno untuk membawa dia dan kakak nya hanaan memenuhi janji temu dengan seorang orthoptic di jalan 73 - 10. Hanaan, yg ada di embassy, ku telpon supaya lekas menghampiri kami yg telah ada di halaman sekolah bersama hafiz. kami berempat berjalan kaki menuju tempat praktek dokter gloria jimenez yg hanya berjarak tidak lebih dari 200 meter dari gerbang sekolah si bungsu. digedung tersebut seorang penjaga memberikan sehelai kertas kecil yg menunjukkan ruang yg kami akan masuki dan jam kedatangan kami. secarik kertas kecil tersebut diharuskan pula dikembalikan ke penjaga tersebut stlh kami selesai mengutarakan maksud kami di ruang praktek dokter tersebut. hmmm peraturan yg aneh yg belum aku jumpai di gedung lain tentunya demi keamanan dan kenyamanan bersama. diruang tunggu prakter dokter aku bertemu dengan anak perempuan turunan indigena yg berkacamata tebal dengan ayah dan ibunya, juga ada Nicholas bocah lelaki berkacamata tebal yg didampingi ayah nya. berbekal surat keterangan dari dra maria Fernanda yg berpraktek di klinik clínica del country, kami menemui dokter yg berdasar ijazah yg diletakkan didinding ruang telah berpraktek sejak tahun 1967. Beliau berbahasa Inggris dengan jelas dan bagus, tidak heran karena beliau lulusan sekolah di Amerika. Jangan tanya usia beliau, karena dengan hitung2an tahun yg tertera di dinding tersebut bisa jadi ibu tersebut telah berusia lebih dari 65 tahun. dengan fisik yang masih terhitung prima dan tentunya dia teliti memeriksa satu demi satu mata hafiz. tehnik memeriksa mata tersebut beberapa belum pernah saya alami. maklum mengingat aku pernah memakai kacamata selama 30 tahun tidak lah asing melihat segala macam pemeriksaan mata tersebut. harus ku akui mengingat aneka pemeriksaan mata yg aku alami di dokter Joffie di Windhoek tidak ada alat istimewa nan modern dalam ruangan pemeriksaan kali ini. Karena hafiz diharuskan memakai kacamata minus dan silinder, dokter mau melihat dulu sebelum dia memakai kacamata yg dimaksud. aku liat dia, hafiz, agak ragu sewaktu pemeriksaan pengenalan warna yg pada waktu pemeriksaan dengan dokter margarita dia bilang bahwa hafiz mengalami buta warna parsial. serasa dunia gonjang ganjing perasaan aku setelah tau hal tersebut ditambah dengan diagnosa adanya exotropia alternante dan myopia parah u hanaan dan exotropia médium u hafiz. dokter gloria bilang hal tersebut adalah umum terjadi dibanyak negara terutama dengan banyak pemakaian komputer n game. jadi apabila dibiarkan hal tersebut, maka anak2 kami akan jereng alias otot mata lemah sehingga salah satu mata tidak dapat fokus ke titik yg sama. wahhh sebenarnya boleh dibilang, khalif telah melewati hal tersebut dengan matanya sehingga tidak aneh melihat dia agak jereng apabila dibuka kacamatanya.karena dia tidak pernah komplain alias mengeluh apa yg dia hadapi dengan kacamatanya, jadi yaa tidak merasa hal yang aneh untuk mata dia. untuk hanaan dia mengalami lelah mata apabila sore hari dia mendapati kedua mata nya merah, dan dokter maria Fernanda menambahkan bahwa hanaan mengalami pusing kepala akibat memaksakan matanya untuk melakukan aktifitas2 kegiatan di sekolah. pemeriksaaan akan berlangsung 20 kali kunjungan yang karena tiada waktu yg tepat untuk melatih otot mata yg berkelanjutan, dokter berkesimpulan terapi akan dilakukan selama waktu liburan sekolah Juni nanti yg akan dilakukan pagi dan sore, what? well, should do whatever she ever said...she said that to make build muscle someone needs time to do in a gym so did the eyes muscle need. paling tidak kami harus menyiapkan dana utk terapi tersebut yg berbiaya 80 ribu pesos per kunjungan per anak.... hitung sendiri deh berapa yg harus kami siapkan utk biaya terapi tersebut. kebetulan pada sore hari itu dokter maria Fernanda datang ke tempat dokter gloria bersama anaknya yg juga harus mnajalani terapi mata entah dengan diagnosa apa. kami bertegur sapa. syukur alhamdulillah sekali lagi aku bisa menemui dokter yg berbahasa inggris karena aku engga bisa berbhs spanish. untuk urusan ke dokter mata aku tidak ditemani bu ani heru sebagai translator, hanaan dan hafiz sudah pandai berdialog dg dokter dalam bahasa spanyol. alhamdulillah kami menutup hari dengan mengantarkan hafiz ke kumon, yg syukur nya hafiz telah memberi tahu sebelumnya bahwa kami akan terlambat datang karena dia harus menemui dokter matanya. dísela menunggu waktu aku dan suami berjalan-jalan di Atlantis plaza sebuah mal kecil di seberang gedung kumon. malam telah menjelang dan hafiz meminta mampir ke yogurtberry yg katanya mempunyai cabang di indonesia. wah hari yg lumayan sibuk sehingga membuat aku tidak lama terlelap setibanya di rumah.

1 comment:

  1. Hai bu.saya ada email ibu menanyakan cara terapi atau gym untuk otot mata. Kalo berkenan, saya mengharapkan balasan email ibu. Thanks

    ReplyDelete